Wednesday, February 21, 2007

Budaya Berbagi Cerita di TDA

Ini cuplikan dari postingan nya Pak Roni, founder nya TDA.....hmmm....bener juga sih apa yang di sampaikan, kadang ada perasaan takut riya bila berbagi cerita sedangkan niat nya hanya berbagi cerita dan mudah mudahan ada teman teman yang bisa mengambil hikmah dibalik cerita ini, aku memang harus banyak belajar....:
Ada aturan main atau budaya tidak tertulis di TDA: harus suka berbagi, minimal berbagi cerita, sesederhana apa pun.

Kadang-kadang terkesan norak ya, atau riya. Menurut saya justru enggak. Itulah ciri khas TDA yang tidak ada di tempat lain. TDA ini dibangun oleh cerita-cerita itu. Sehingga muncullah selebriti-selebriti TDA seperti Pak Iim, Pak Hadi, Pak Agus, Bu Yulia, Bu Roess, Pak Eko. Kenapa? Karena mereka gemar bercerita dan sharing.

Di perusahaan-perusahaan besar budaya ini dipraktekkan. Namanya corporate legend. Perusahaan-perusahaan MLM juga melakukannya untuk memotivasi distributornya. Negara Inggris memanfaatkan legenda sebagai alat untuk menumbuhkan kebanggaan warganya.

Tadi siang saya chatting dengan seorang mahasiswa Indonesia di Kairo. Kami bercerita mengenai novel Ayat-Ayat Cinta karangan Habiburrahman El Shirazy. Kata pengarangnya, tokoh Fakhri itu sengaja dibuat seperti seorang hero sehingga menumbuhkan ghirah dan rasa kebanggaan bagi pembacanya. Dampaknya luar biasa. Anak saudara saya yang baru SMP ingin sekolah di Kairo setelah membaca novel itu. Adik saya memberi nama Fakhri untuk putra pertamanya.

Cerita itu memancarkan energi. Energi itu akan menyebar ke mana-mana. Masuk ke relung hati dan pikiran pembacanya. Dan itu saya yakin terjadi juga di TDA. Cerita-cerita itu hidup. Real story of real people.

Kepada Action Members yang masih menyimpan ceritanya, ayo jangan sungkan-sungkan. Mari berbagi cerita. Anda "belum sah" menjadi member TDA sebelum berbagi cerita. Setuju?

Salam FUUUNtastic!
Let's share your story

Wassalam,
Roni

No comments: