Thursday, March 22, 2007

The Luck Factor

Assalamu'alaikum wr.wb.

Saya hampir saja menilai diri orang yang "kurang beruntung" dalam segala hal. Namun dengan adanya sharing di millist ini yang membangkitkan ke arah perbaikan diri, saya pun semakin yakin bahwa semuanya bisa diperbaiki.Insya Alloh.Dan tiba-tiba dalam fikiran saya akibat sering membaca postingan -postingan terutama mengenai luck factor saya menyimpulkan bahwa tiga point luck factor tersebut saling terkait dan berkesinambungan.
Berikut kesimpulan sederhana saya, mohon di koreksi dan di luruskan apabila keliru.
The Luck Factor
1. Bersyukur !!!.Bersyukurlah dengan apa yang sudah kita miliki. Bukan !!! Bukan dengan apa yang sudah kita miliki tetapi apa yang sudah di"titip"kan oleh-Nya. Karena sesungguhnya Hanya Dia, Alloh yang Maha Memiliki. Kita sebatas diberi "amanah". Jadi bersyukurlah dengan selalu menjaga apa yang telah diamanah kan kepada kita.
2. Bersedekahlah !!!
Berikanlah sebahagian rizki saja yang di "titip-kan" kepada kita untuk di "titipkan" pada orang yang lebih memerlukan.
3. Tingkatkan ( Perbaiki ) terus menerus !!!
Perbaiki terus menerus dalam hal bersyukur, bersedekah, Bisnis dan hal lain yang menuju kepada keridhaan Alloh Subhanahuwata'ala. Apabila Alloh Yang Maha Memiliki sudah Ridha. Insya Alloh, Syurga yang luas dan kekal abadi akan diberikan, apalagi dunia.
Wassalam,
Agam Rukmana

Aplikasi Ilmu TDA Versi Mbak Eka

TDA-ers ,
Banyak hal dan ilmu2 di Komunitas TDA yang telah saya nikmati dan aplikasikan dalam perjalanan bisnis saya. Walau hanya sebagai pengamat pasif karena kebetulan domisili tidak di Jakarta, saya di Bali - lewat blogwalking ke blog2 TDA-ers, membaca postingan email2 di milis, saya pribadi merasa mengalami perubahan positif yang meningkat sangat tajam. Kuncinya adalah “ Applied Knowledge is a power !! “Berikut hal dan ilmu yang saya dapat dari TDA dan saya aplikasikan :

TAKE ACTION dan TAKE DOUBLE ACTION
Saat pertama menjadi bagian komunitas ini …. Saya berbandrol seorang karyawan (sekarang masih) yang juga owner pernik_unik online. Berbekal sudah melakukan sesuatu atau sudah take action saya makin memantapkan diri bahwa saya harus melakukan hal yang lebih dari yang sudah saya lakukan saat itu. Ya .. kini ada 2 ranting biz baru yang sedang saya lakoni …. Lagi2 … karena spirit take actionlah yang menggerakkan. Mimpi akan tetap menjadi mimpi jika tidak diwujudkan. Mulai dari yang kecil … mulai dari yang kita suka saja dulu … saya sendiri, memanfaatkan hobby belanja sebagai basic bisnis saya sekarang. Shop to earn money !ATM ( Amati, Tiru, Modifikasi )Ini juga salah satu ilmu yang saya aplikasikan dalam mengembangkan pernik_unik. Mengamati bagai mana pergerakan bisnis rekan2 di komunitas, lalu tiru dan memodifikasi sesuai karakter pribadi saya dan karakter bisnis kita sendiri.

MIND SET
Mungkin ini pencapaian termahal saya.Spirit positive thinking, optimis, ini benar2 mampu mengubah hidup saya bahkan menyasar jauh lebih luas ke kehidupan pribadi selain bisnis. No more stress … live love and laugh !WIFLE (What I Feel Like Expressing)Ini juga sudah menjadi bagian hari-hari dan ga melulu dalam sesi atau waktu formal tapi entah di mobil bersama suami sepanjang perjalanan, dikantor dengan kadek roommate saya , dengan team saat lunch bareng ….

KERTAS2 MIMPI
Ini hal lain yang juga mengagumkan dan benar2 nyata terjadi pada saya. Kertas2 mimpi yang saya tempel di sudut2 yang gampang tertangkap mata … menuntun dan menggiring saya mewujudkan satu-persatu mimpi2 yang tergores dalam kertas itu. This’s real … dan benar2 terjadi !!Banyak influence positive lain yang telah saya peroleh dari komunitas ini, lewat kekuatan kalimat yang menyatakan “ applied knowledge is a power “ !!
Eka

Friday, March 16, 2007

10 Pertanyaan Paling Menantang

Sewaktu menikah, kata orang kami berdua merupakan “pasangan ideal”, karena istri saya pegawai negeri dan saya karyawan bank swasta. Sudah punya karir, punya anak dua, punya rumah, punya mobil, kurang apa? Begitu kebanyakan teman dan keluarga bilang ke saya ketika saya memutuskan menjadi pengusaha. Paling susah jika ada acara kumpul2 keluarga atau teman. Biasanya muncul pertanyaan ataupun pernyataan luar biasa yg rada2 susah dijawab. Ada yang sempat saya jawab, ada yang bikin saya speechless.
Berikut diantaranya:
1. Kenapa sih jadi pengusaha?Jawab: Karena terlanjur! Hahaha … Jujur saja, tadinya karena terlanjur bikin perusahaan, jadi terpaksa serius. Ya begitulah hidup, kadang2 ada saja yang terjadi diluar rencana. Tapi setelah saya renungkan, menjadi pengusaha adalah pilihan hidup saya. Saya tetap menghormati pilihan hidup orang lain. Jadi karyawan juga tidak ada salahnya. Tapi saya pribadi pilih jadi pengusaha. Karena hanya dengan menjadi pengusaha, saya bisa melakukan banyak hal yang tidak mungkin saya lakukan ketika menjadi karyawan, misalnya:- Memiliki potensi pendapatan yang sangat besar. Sementara kalau terus jadi karyawan, setinggi apapun jabatan saya pendapatan saya terbatas.- Hanya dengan menjadi pengusaha saya dapat memberikan kesempatan buat orang lain untuk mencari nafkah di perusahaan saya. Istilahnya, bisa menjadi saluran rizki buat orang lain.- Lebih banyak waktu bersama anak2 dan keluarga saya, sementara pendapatan terus mengalir. Sementara kalau jadi karyawan waktu saya habis tersita untuk perusahaan.
2. Bukankah hidup pengusaha itu susah, tidak bahagia?Jawab: Ya, ada pengusaha yang tidak bahagia. Banyak juga karyawan yang tidak bahagia. Bahagia sebetulnya kan bukan soal profesi kita apa. Bahagia adalah pilihan hati kita mau bahagia atau tidak. Saya sih pilih bahagia.
3. Tapi kan pusing dan capek mikirin usaha?Jawab: Ya, memang pusing kalau cuma dipikirin. Makanya usaha tidak untuk dipikirin saja, tapi juga dijalanin. Kalau sudah dijalanin sih pusing nya ilang kok. Diganti sama deg2 an ... hehehe. Dulu sebelum tahu ilmu nya saya juga capek. Dulu tidak ada delegasi ke tim, jadi semua saya jalanin sendiri. Saya ikutan dari mulai jualan, melakukan implementasi, sampai nagih. Caaape’ deeeh. Tapi sekarang dengan delegasi ke tim, alhamdulillah saya bisa lebih rileks.
4. Jadi pengusaha kan bisa bangkrut?Jawab: Semua ada risiko nya. Jadi pengusaha penuh risiko. Jadi karyawan apalagi. Malah, yang harusnya paling takut perusahaan bangkrut itu justru para karyawan. Kalau perusahaan bangkrut, karyawan langsung dipecat. Kalau perusahaan saya bangkrut, belum tentu saya pribadi ikut bangkrut. Lagi pula saya sedang belajar menciptakan multiple streams of income, supaya sumber pendapatan saya tidak hanya dari satu usaha saja.
5. Gak takut banyak saingan?Jawab: Dulu ya, saya takut saingan. Tapi setelah dijalani ternyata persaingan itu tidak menakutkan sama sekali. Malah positif buat kita karena memacu kita untuk selalu lebih baik. Kalau kita selalu lebih baik dari saingan, tidak ada lagi yang perlu ditakutkan.
6. Jadi karyawan kan lebih tentram?Jawab: Ya ini kan soal pilihan. Mungkin jaman orang tua kita dulu menjadi karyawan cukup menentramkan dari segi finansial. Tapi dengan laju inflasi, semakin besarnya biaya sekolah, semakin tingginya biaya hidup, dan sebagainya, kalau saya terus jadi karyawan, justru saya tidak akan bisa tentram lagi ketika anak2 saya kuliah nanti.
7. Sudah punya karir kok ditinggalkan, apa tidak bersyukur kepada Tuhan?Jawab: Saya sangat bersyukur atas apa yang Allah telah berikan kepada saya. Bahkan, dengan menjadi pengusaha saya semakin memahami arti bersyukur. Dulu, saya tinggal menunggu tanggal 25 semua beres, menghabiskan nya juga enteng saja. Kini, saya semakin dapat mensyukuri setiap rupiah yang saya terima. Betapa dibalik setiap rupiah tadi adalah rizki dari yang Maha Penyayang. Lagipula, menjadi pengusaha memungkinkan saya mengembangkan seluruh potensi yang Allah sudah berikan kepada saya. Itulah salah satu cara saya bersyukur.
8. Gak punya darah pengusaha kok jadi pengusaha?Jawab: Ya, dulu memang kebanyakan pengusaha tradisional hanya meneruskan usaha orang tua nya. Maka muncul mitos soal darah pengusaha ini. Kenyataannya sekarang siapapun bisa jadi pengusaha. Karena mengelola usaha itu ternyata ada ilmunya dan bisa dipelajari. Saya memang masih belajar, tapi siapapun yg mau belajar insyaAllah pasti bisa.
9. Kenapa gak merangkap saja punya usaha tapi tetap jadi karyawan?Jawab: Ya. Mungkin saja begitu. Saya juga pernah begitu. Tapi kok malah tidak maksimal. Usaha tidak berkembang, jadi karyawan juga gak tenang. Mungkin masalahnya di fokus. Kalau saya bekerja untuk perusahaan orang lain, semestinya dedikasi saya 100% untuk perusahaan itu. Dengan “nyambi“, saya kok merasa “selingkuh“ gitu. Itu kalau saya lho, mungkin orang lain tidak.
10. Kok sering dirumah, sebenernya kerjanya apa sih?Jawab: Hehehe ... begini Oom, memang jaman sekarang sudah maju. Pertama, jasa yang perusahaan saya berikan memang lebih banyak pakai otak daripada otot, jadi saya bisa menyelesaikan sebagian besar kerjaan saya dimanapun lewat internet. Kedua, sebagian besar kerjaan yang butuh kehadiran fisik sudah saya delegasikan pada tim saya yang lebih muda dan lebih pinter, dan saya bayar mahal pula. Jadi saya tinggal memonitor saja. Memang sekarang mungkin aneh, tapi makin lama akan makin banyak orang yang bekerja seperti saya.

Posted by Fauzi Rachmanto